Pengertian Permintaan Uang Menurut
Klasik
Teori
ini adalah teori mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi
antara keduanya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran
uang atau jumlah uang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan
dua variable dijabarkan lewat konsepsi teori mereka mengenai permintaan akan
uang. Perubahan akan jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi
dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan nilai uang.
Teori
Klasik Mengatakan bahwa, uang diterima masyarakat karena setiap orang
menhetahui uang itu dapat ditukarkan dengan barang-barang dan jasa-jasa, dengan
kata lain bukan karena nilai intrinsiknya akan tetapi karena uang itu mempunyai
kualitas alat pembayaran dalam masyarakat. Pendapat inilah yang menjadi
dasar Quantity Theory yang disebut ”Pure Quantity Theory”. Dalam Quantity
Theory ini ada beberapa pandangan yang akan dijelaskan sejak awal
perkembangannya. Quantity Theory (teori Kuantitas) adalah teori yang
menjelaskan nilai uang.
Perkembangan
Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money) dari Mazhab Klasik.
-
Teori
Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory) Ricardo
-
Transaction
Equation atau Transaction Velocity Approach
-
Income
Flow Equation of Exchange
-
Cambridge
Equation of Exchange
Menghitung permintaan uang menurut
Ricardo, Irving Visher, dan Marshall
1.
Ricardo
Teori Kuantitas Sederhana (Crude Quantity Theory)
M = k.p atau P = 1/k.M
|
Teori
kuantitas David Ricardo adalah teori kuantitas sederhana. David Ricardo
mengatakan bahwa nilai tergantung dari jumlah uang yang beredar di
masyarakat.Artinya makin banyak jumlah uang yang beredar maka akan
semakin tingga harga barang, dan sebaliknya. Jumlah uang beredar
dirumuskan:
Keteragan: M =
Money
P = Tingkat harga barang
k = Konstanta.
P = Tingkat harga barang
k = Konstanta.
2.
Irving
Visher (Transaction Equation atau Transaction Velocity Approach)
Ini
merupakan penyempurnaan daripada teori yang sebelumnya dilakukan oleh Irving
Fisher. Ia menyatakan bahwa yang menentukan nilai uang ada 3 faktor yaitu:
-
Jumlah
uang beredar (M)
-
Cepatnya
peredaran uang (V)
-
Jumlah
barang yang diperdagangkan atau volume barang yang diperdagangkan (T)
Rumus Fisher,
Transaction Equation adalah:
Income Flow
Equation of Exchange
Variasi lain
daripada teori kuantitas uang adalah income flow equation of exchange yang
dapat dinyatakan denga rumus sebagai berikut:
MVt =PtTt atau Pt= MVt/Tt
Keterangan: M =
Jumlah uang beredar
Vt = Income velocity dari uang
Pt = Harga rata-rata semua barang dan
jasa yang tercakup dalam Ty
Tt = Volume barang jadi (barang
akhir) dan jasa yang diperdagangkan
Ini berarti
persamaan tersebut menyatakan bahwa pendapatan nasional sama dengan jumlah
total pengeluaran untuk barang-barang jadi (Akhir).
MVt =
PT…………………………………….(1)
Dalam setiap
transaksi selalu ada pembeli dan penjual. Jumlah uang yang dibayarkan oleh
pembeli harus sama dengan uang yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku juga
untuk seluruh perekonomian: didalam suatu periode tertentu nilai dari
barang-barang atau jasa-jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang
yang dijual. Nilai dari barang yang dijual sama dengan volume transaksi (T)
dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Dilain pihak nilai dari
barang yang ditransaksikan ini harus sama dengan volume uang yang ada
dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rata-rata uang bertukar dari tangan satu
ke tangan yang lain, atau rata “perputaran uang”, dalam periode tersebut (Vt).
MVt = PT adalah
suatu identitas, dan pada dirinnya bukan merupakan suatu teori moneter.
Identitas ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi teori moneter
sebagai berikut:
Vt, atau
“transaction velocity of circulation” adalah suatu variable yang ditentukan
oleh faktor-faktor kelembagaan yang ada didalam suatu masyarakat, dan dalam
jangka pendek bisa dianggap konstan. T, atau volume transaksi, dalam periode
tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat (pendapatan nasional).
Identitas
tersebut diberi “nyawa” dengan mentransformasikannya dalam bentuk:
Md = 1/Vt
PT…………………………………….(2)
Permintaan atau
kebutuhan akan uang dari masyarakat adalah suatu proporsi tertentu 1/Vt dari
nilai transaksi (PT). Persamaan 2, bersama dengan persamaan yang menunjukkan
posisi equilibrium di sektor moneter
Md =
Ms………………………………………….(3)
Dimana Ms =
supply uang beredar (yang dianggap ditentukan oleh pemerintah) menghasilkan
Ms = 1/Vt PT……………………………………..(4)
Persamaan (4)
berbunyi: dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara
proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh pemerintah. Dalam teori
ini T ditentukan oleh tingkat output equilibrium masyarakat, yang untuk Fisher
dan para ahli ekonomi Klasik, adalah selalu pada posisi “full employment”
(Hukum Say atau Say’s Law). Vt atau transaction velocity of circulation,
Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul dari penggunaan uang dalam
proses transaksi. Besar-kecilnya Vt ditentukan oleh sifat proses transaksi yang
berlaku di masyarakat dalam suatu periode (Boediono,2005 : 18).
3.
Cambridge
(Marshall-Pigou)
Teori
ini seperti halnya teori Fisher dan teori-teori klasik lainnya, berpangkal
pokok pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means of 25 exchange).
Karena itu, teori-teori Klasik melihat kebutuhan uang atau permintaan akan uang
dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat tukar yang likuid untuk tujuan
transaksi. Perbedaan utama antara teori ini dengan Fisher, terletak pada
tekanan dalam teori permintaan uang Cambridge pada perilaku individu dalam
mengalokasikan kekayaannya antara berbagai kemungkinan bentuk kekayaan, yang
salah satunya berbentuk uang. Perilaku ini dipengaruhi oleh pertimbangan
untung-rugi dari pemegang kekayaan dalam bentuk uang. Teori Cambridge lebih
menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung-rugi) yang menghubungkan
antara permintaan akan uang seseorang dengan volume transaksi yang
direncanakannya. Teoritisi Cambridge mengatakan bahwa permintaan akan uang
selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan (Fisher), juga
dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan
ramalan/harapan dari masyarakat mengenai masa mendatang.
Jadi dalam
jangka pendek, teoritisi Cambridge menganggap bahwa jumlah kekayaan, volume
transaksi dan pendapatan nasional mempunyai hubungan yang proporsional-konstan
satu sama lainnya. Teori Cambridge menganggap bahwa, ceteris paribus permintaan
akan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional.
Md = k
PY………………………………………(1)
dimana Y adalah
pendapatan nasional riil.
Supply akan uang
(Ms) dianggap ditentukan oleh pemerintah. Dalam posisi keseimbangan maka : Ms =
Md………………………………………...(2)
sehingga : Ms =
k PY………………………………………(3)
atau : P = 1/k
Ms Y…………………………………....(4)
Jadi ceteris
paribus tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan
perubahan volume uang yang beredar. Tidak banyak berbeda dengan teori Fisher,
kecuali tambahan ceteris paribus (yang berarti tingkat harga,
pendapatan nasional riil, tingkat bunga dan harapan adalah konstan). Perbedaan
ini cukup penting, karena teori Cambridge tidak menutup kemungkinan bahwa
faktor-faktor seperti tingkat bunga dan expectation berubah, walaupun dalam
jangka pendek. Dan kalau faktor-faktor berubah maka k juga berubah. Teori
Cambridge mengatakan kalau tingkat bunga naik, ada kecenderungan masyarakat
mengurangi uang yang ingin mereka pegang, meskipun volume transaksi yang mereka
rencanakan tetap. Demikian juga faktor expectationmempengaruhi: bila
seandainya masa datang tingkat bunga akan naik (yang berarti penurunan surat
berharga atau obligasi) maka orang akan cenderung untuk mengurangi jumlah surat
berharga yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang,
dan ini pun bisa mempengaruhi “k” dalam jangka pendek (Boediono, 2005:
23).
Pengertian Permintaan Uang Menurut J.M.
Keynes - Income Payment Approach (Liquidity Preperence)
Meskipun
bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori
Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter
tradisi klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan pada
fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai
means of exchange. Teori ini kemudian dikenal dengan nama teori Liquidity
Preference.
Keynes
membedakan 3 motif untuk apa orang menahan uang. Berdasarkan “psychological Law
of Consumers Behavior” yaitu:
-
Transaction
Motive (motif transaksi)
-
Precautionary
motive (motif berjaga-jaga)
-
Speculative
motive (motif spekulasi)
Teori
preferensi liquiditas Keynes menyatakan bahwa permintaan uang dalam arti Md/P
tergantung pada pendapatan Y (Output Agregat) dan suku bunga i. Permintaan
uang berhubungan positif dengan pendapatan karena dua alasan :
-
Kenaikan
pendapatan meningkatkan transaksi dalam perekonomian, yang selanjutnya
meningkatkan permintaan atas uang karena pendapatan digunakan untukmelakukan
transaksi-transaksi ini
-
Kenaikan
pendapat meningkatkan permintaan uang karena kenaikan pendapatan meningkatkan
kekayaan individu yang ingin memegang lebih banyak aset,salah satunya adalah
uang.
Biaya
peluang memegang uang adalah suku bunga. Sejalan dengan kenaikan suku bunga ,
biaya peluang dari memegang uang meningkat, dan permintaan uang menurun.
Menurut teori preferensi liquiditas, permintaan uang nerhubungan positif dengan
output agregat dan berhubungan negatif dengan suku bunga.
Kelemahan
teori irving fisher kuantitas uang yaitu sulit untuk menentukan unit transaksi
sebenarnya yang terjadi (T) karena dalam perekonomian tidak hanya dihasilkan
satu produk, tetapi lebih dari itu. Untuk itu, maka nilai T yang digunakan
adalah nilai output riil atau PDB riil sehingga persamaannya menjadi M x V = P x T
Perhitungan Permintaan Uang Untuk
Transaksi Berjaga Jaga dan Spekulasi
1.
Motif Transaksi dan
Berjaga-jaga
Orang
memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksinya, dan permintaan akan
uang dari masyarakat untuk tujuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan
semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk
tujuan transaksi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi ini pun tidak
merupakan suatu proporsi yang selalu konstan, tetapi dipengaruhi pula oleh
tinggi rendahnya tingkat bunga. Hanya saja faktor tingkat bunga untuk
permintaan transaksi untuk uang ini tidak ditekankan oleh Keynes, akan tetapi
tingkat bunga ditekankan pada permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Motif
berjaga-jaga (precautionary motive), orang akan mendapat manfaat dari memegang
uang untuk menghadapi keadaan-keadaan yang tidak terduga, karena sifat uang
yang liquid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang-barang lain.
Menurut
Keynes permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk
transaksi, yaitu terutama dipengaruhi pula oleh tingkat penghasilan orang
tersebut, dan mungkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga (meskipun tidak kuat
pengaruhnya).
2.
Motif
Spekulasi
Sesuai
dengan namanya , motif dari memegang uang ini adalah terutama untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang
tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge
faktor ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor harapan
(expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi permintaan akan uang
dari pemilik kekayaan tersebut. Namun sayangnya teori ini tidak pernah
membakukan faktor-faktor ini ke dalam perumusan teori moneter mereka. (Kita
lihat bahwa bentuk permintaan dari teori Cambridge tidak berbeda dengan Fisher,
dan faktor-faktor ini hanya masuk analisa secara kualitatif). Perumusan
permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan langkah
“formalisasi” dari faktor-faktor ini ke dalam teori moneter.
Keynes
tidak membicarakan faktor “uncertainly” dan “expectations” hanya secara umum,
seperti teori Cambridge. Tetapi ia membatasi “uncertainly” dan “expectations”
mengenai satu variable yaitu tingkat bunga. Pada garis besarnya teori Keynes
membatasi pada keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang
kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi (bond). Uang tunai dianggap
tidak memberikan penghasilan sedangkan obligasi dianggap memberikan berupa
sejumlah uang tertentu setiap periode. Dalam teori Keynes dibicarakan khusus
obligasi yang memberikan suatu penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap
periode selama waktu yang tak terbatas (perpetuity).
Secara
umum bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
K
= RP………………………………………(1)
Dimana
K adalah hasil per tahun yang diterima, R adalah tingkat bunga, dan P adalah
harga pasar atau nilai sekarang dalam obligasi “perpetuity” tersebut. Persamaan
tersebut bisa juga ditulis sebagai berikut :
P
= K/R………………………………………..(2)
Yang
menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar obligasi (P) berbanding
terbalik dengan tingkat bunga R bila tingkat bunga turun, maka berarti harga
pasar obligasi naik, dan sebaliknya bila tingkat bunga naik maka harga pasar
obligasi turun, atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat suku bunga semakin
rendah permintaan uang tunai oleh seseorang atau masyarakat. Karena, semakin
tinggi tingkat suku bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai
sehingga seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi. Sebaliknya
apabila tingkat suku bunga semakin rendah maka semakin rendah pula ongkos
memegang uang tunai dan semakin besar seseorang atau masyarakat untuk menyimpan
uang tunai.
Permintaan
total akan uang :
Bentuk
yang sederhana dari fungsi permintaan (total) akan uang dari teori Keynes
adalah:
Md/P
= [ k Y + Ø (R, W) ]…………………………….(1)
Md/P
adalah permintaan uang total dalam arti riil, suku pertama dalam kurung, yaitu
k Y adalah permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga, yang dinyatakan
sebagai suatu proporsi (k) dari pendapatan nasional riil. Ø (R, W) adalah
permintaan akan uang untuk motif spekulasi yang dinyatakan sebagai fungsi dari
tingkat bunga yang berlaku (R) dan nilai asset (kekayaan atau wealth) yang ada
di masyarakat (W). Variable W ini dimasukkan karena permintaan uang untuk motif
spekulasi dinyatakan sebagai bagian dari W yang dipegang dalam bentuk uang
tunai. Persamaan (1) tersebut bisa pula dinyatakan dalam bentuk permintaan akan
uang dalam satuan moneter sebagai berikut :
Md
= [ k Y + Ø (R, W) ] P…………………………..(2)
dalam
analisa jangka pendek W biasanya dianggap konstan sehingga fungsi (2) menjadi :
Md
= [ k Y + Ø (R) ] P………………………………(3)
dimana
Ø (R) = Ø (R,W), dalam posisi equilibrium, supply uang (Ms), yang dianggap juga
oleh Keynes sebagai variable yang ditentukan oleh pemerintah, sama dengan Md.
Sehingga :
Ms
= [ k Y + Ø (R) ] P………………………………(4)
Teori
permintaan uang Keynes mempunyai implikasi bahwa fungsi permintaan akan uang (Liquidity
Preference) adalah fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa
bergeser dari waktu ke waktu. Hal ini karena Keynes menekankan faktoruncertainly dan expectation dalam
menentukan posisi permintaan uang untuk tujuan spekulasi (Boediono, 2005 : 27).
Pengertian Teori Kuantitas Modern
Friedman
tidak bertitik tolak dari pembahasan yang mendalam mengenai motif-motif
memegang uang. Secara umum dianggap bahwa orang mau memegang uang karena uang adalah
salah satu bentuk aktiva (asset) yang memberikan manfaat karena merupakan
sumber daya beli yang liquid (readily available source of purchasing power).
Teori permintaan uang Friedman menganggap bahwa “pemilik kekayaan” memutuskan
aktiva-aktiva apa (termasuk uang tunai) dan berapa yang akan ia pegang atas
dasar perbandingan manfaat (penghasilan dalam bentuk uang ataupun dalam bentuk
in natura ataupun “utility”), selera dan jumlah kekayaannya.
Pengertian
“kekayaan” dari Friedman mempunyai ciri khas, yaitu bahwa yang dimasukkan dalam
definisi “kekayaan” tidak hanya aktiva-aktiva yang berbentuk uang atau bisa
diubah (dijual) menjadi uang, tetapi juga nilai (tepatnya,”nilai sekarang” atau
“present value”) dari aliran aliran penghasilan di tahun-tahun mendatang dari
tenega kerjanya. Friedman berpendapat bahwa “kekayaan” tidak lain adalah nilai
sekarang dari aliran-aliran penghasilan yang diharapkan dari aktiva - aktiva
yang dipegang. Konsep “kekayaan” dari Friedman ini merupakan suatu inovasi
dalam teori ekonomi mengenai capital, dan sekaligus merupakan jembatan antara
teori permintaan biasa (untuk barang dan jasa) dengan teori capital.
Pengertian
yang kedua adalah konsep “manfaat”. Manfaat dari setiap bentuk aktiva merupakan
faktor pertimbangan dari pemilik kekayaan untuk memutuskan berapa jumlah dari
masing-masing bentuk aktiva yang akan ia pegang. Disebut diatas bahwa Marginal
Rate of Substitution dari suatu aktiva terhadap aktiva-aktiva lain menurun
dengan makin besarnya jumlah aktiva tersebut yang dipegang. Ini berarti bahwa
bila seseorang memegang terlalu banyak satu bentuk aktiva, misalnya uang maka
manfaat marginal dari uang akan menjadi lebih kecil dari pada marginal returns
dari aktiva-aktiva yang lain. Ini berarti bahwa ia bila ia mengurangi jumlah uang
yang ia pegang dan menggantinya dengan aktiva-aktiva lain berupa obligasi,
surat-surat berharga lainnya ataupun aktiva fisik seperti mobil, rumah, mesin
dan sebagainya, maka orang tersebut akan memperoleh manfaat total yang lebih
besar.
Jadi,
menurut pandangan Friedman permintaan uang ditentukan oleh faktor seperti
berikut : tingkat harga, suku bunga obligasi, suku bunga “equities”, modal
fisik dan kekayaan mengenai peranan harga dalam menentukan permintaan uang,
Friedman berpendapat dikarenakan memegang uang adalah salah satu cara untuk
menyimpan kekayaan. Cara-cara yang lain adalah menyimpan uang dalam bentuk
harta keuangan (financial asset) seperti obligasi, deposito dan saham,
menyimpan dalam bentuk harta tetap (tanah dan rumah) dan kekayaan manusiawi
(Boediono, 2005 : 63). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
uang seperti diatas, teori permintaan yang didasarkan pada teori kuantitas
modern yang dikembangkan oleh Friedman dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
:
Md
= f (P, r, rFC, Y)
Dimana
Md adalah permintaan uang nominal, P adalah tingkat harga, r adalah tingkat
suku bunga, rFC adalah tingkat pengembalian modal fisik dan Y adalah pendapatan
dan kekayaan. Apabila dipertimbangkan pula pandangan Friedman mengenai
permintaan uang riil, maka persamaan permintaan uang dinyatakan :
Md/P
= f (ΔP, r, Y*)
Dimana
Md/P adalah permintaan uang riil, ΔP adalah tingkat kenaikan harga, r adalah
tingkat bunga dan Y* adalah nilai pendapatan dan kekayaan riil.
Pengertian Teori Keynes Modern dengan
Pendekatan Inventori dan Keseimbangan Portofolio
Perkembangan
selanjutnya dari teori keynes didasarkan pada motif transaksi (W.J Boumol 1952)
dan motif spekulasi (James Tobin)
-
Pendekatan
Inventori/penyediaaan Boumol : Permintaan uang seperti permintaan terhadap
persediaan (Stock) yang setiap saat dipakai untuk memenuhi berbagai keperluan
yang muncul setiap saat, tetapi untuk mengelola diperlukan biaya, maka
diperlukan jumlah persediaan yang optimum (Biaya minimun).
-
Permintaan
uang untuk transaksi, akan diperoleh manfaat tetapi juga ada biata untuk
memegang uang terdiri dari :
1.
Biaya
transaksi untuk menukar antara obligasi dengan uang
2.
Opportunity
cost memegang uang berupa tingkat bunga dari obligasi (r)
-
Penentuan uang kas (persediaan) yang optimum,
yang menghaslkan biaya minimum dijelaskan sebagai berikut :
Biaya
total untuk memegang uang kas (TC) terdiri dari biaya perantasa (b. T/C) dan
biaya bunga (r. C/2) dengan rumus : TC - b. (T/C) + r. (C/2)
Jumlah
Uang Kas yang Optimal (C) : (dTC/dC) = -b. T/C^2 + r/2 = 0 . Maka : C = (2b T/r)^1/2
Uang
kas yang ditahan setiap saat sebesar C/2, maka : Persamaan permintaan uang kas
riil Md/P = C/2 = 1/2 ( 2 bT/r) ^2 atau Md = 1/2 (2bT/r) ^1/2. P
Implikasi
dari teori Boumol :
-
Tingkat
bunga mempengaruhi permintaa uang untuk transaksi karena adanya opportunity
cost dalam memegann uang.
-
Adanya
economies of scale dalam penggunaan uang, artinya jika ada peningkatan
pendapatan ( nilai transaksi, T) maka persentase kenaikan uang kas yang
diinginkan (Md) lebih kecil daripada kenaikan nilai transaksinya.
-
Permintaa
uang kas untuk tujuan transaksi tergantung pada tingkat bunga serta biaya
perantara ( teori keynes : permintaan uang untuk tujuan transaksi hanya
tergantung dari pendapatan).
-
Perkembangan
/ kemajuan teknologi yang menyebabkan turunya ongkos/ biaya transaksi akan
mengakibatkan turunya rata-rata kas yang dipegang oleh individu
-
Motif
berjaga-jaga dalam permintaan uang. muncul karena adanya ketidakpastian dalam
arus uang masuk dan keluar.
Sumber
: