Selanjutnya bukti bukti tertulis bermunculan diberbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan berasal dari abad ke 18. Sejarah penggunaan yang panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan versi bahasa yang digunakan. Ahli bahasa membagi perkembangan Bahasa Melayu kedalam tiga tahap utama, yaitu :
• Bahasa Melayu Kuna (abad ke 7 hingga abad ke 13)
• Bahasa Melayu Klasik mulai ditulis huruf jawi (sejak abad ke 15)
•Bahasa Melayu Modern (sejak abad 20)
Walaupun demikian, tidak ada bukti bahwa abad ke 3 bentuk Bahasa Melayu tersebut saling bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas berbagai tempat memunculkan berbagai dialek Bahasa Melayu, baik karena penyebaran penduduk dan isolasi maupun melalui kreolisasi.
Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam Bahasa Melayu baru muncul semenjak sama Kesultanan Malaka (abad ke 15(laporan Portugis dari abad ke 18 menyebut nyebut mengenai perlunya penguasaan Bahasa Melayu untuk bertransaksi perdagangan seiring dengan runtuhnya kekuasaan Portugia di Malaka, dan bermunculan berbagaikesultana dipesisir Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, serta selatan Filipina.
Dokumen dokumen tertulis dikertas dalam Bahasa Melayu mulai ditemukan surat menyurat antar pemimpin kerajaan pada abad ke 16, juga diketahui telah menggunakan Bahasa Melayu. Karena bukan penutur asli Bahasa Melayu, mereka menggunakan Bahasa Melayu yang disederhanakan danmengalami percampuran dengan bahasa setempat, yang lebih popular Bahasa Melayu Pasar (Bazaar Malay). Tulisan pada masa ini telah menggunakan huruf arab (kelak dikenal sebagai huruf jawi) atau juga menggunakan huruf setempat, seperti Haracaraka. Rintisan Bahasa Melayu modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari Kesultanan Riau Lingga, secara sistemayis menyusun Kamus Ekabahasa Bahasa Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga Penggal yang pertama pada pertengahan abad ke 19.
Perkembangan berikutnya terjadi pada sarjana sarjana (khususnya Belanda dan Inggris) memulai mempelajari bahasa ini secara sistematis karena menganggap penting menggunakannya dalam urusan adminitrasi. Hal ini terjadi pada paruh ke 2 dari abad ke 19.
Bahasa Melayu Modern dicirikan denganmenggunakan Alfabet Latin dan masuknya kata kata Eropa pengajaran Bahasa Melayu di sekolah sekolah sejak awal abad ke 20 semakin membuat popular bahasa ini. Di Indonesia, Pendiri Balai Pustaka (1901) sebagai percetakan buku buku pelajarann dan sastra mengantarkan kepopuleran Bahasa Melayu dan bahkan membentuk suatu variasi bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, Bahasa Melayu Rian. Kalangan penulis sejarah Bahasa Indonesia kini menjulukinya “Bahasa Melayu Balai Puataka” atau “Bahasa Melau Van Ophuijsen”
Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun 1901 menyusun ejaan Bahasa Melayu dengan huruf latin untuk penggunaan di Hindia-Belanda. Ia juga menjadi penyunting berbagai buku sastra terbitan Blai Pustaka. Dalam masa 20 tahun berikutnya “Bahasa Melayu Van Ophuijsen” ini kemudian dikenal luas dikalangan orang orang pribumi dan mulai dianggap menjadi identitas Kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah ketika dalam kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) dengan jelas dinyatakan, “Menjungjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia” sejak saat itulah Bahasa Melayu diangkat menjadi Bahasa Kebangsaan.
Pada awal tahun 2004 Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia) dan Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM) berencana menjadikan Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi dalam organisasi ASEAN. Rencana ini belum pernah terealisasikan, tetapi ASEAN sekarang selalu membuat dokumen asli dalam Bahasa Inggris dan diterjemahkan kedalam bahasa resmi masing masing Negara anggotanya.
Referensi
Google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar